Header Ads

ads header

Breaking News

BAB III Menghayati Keotentikan Al Quran | Al Quran hadits X Sem 1

 

BAB III

MENGHAYATI KEOTENTIKAN AL QUR’AN



A.    Memahami Keotentikan Al Quran

Dalam Surat al-Hijr ayat 9 Allah swt. menjamin keotentikan dan kesucian serta kemurnian kitab suci al-Qur’an. Allah swt... berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.‛ (QS al-Hijr [15]: 9)

Kemurnian dan Keotentikan al-Qur’an selalu terjaga sejak saat diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. hingga akhir zaman kelak. Keindahan bahasa dan kandungan ajaran serta tuntunan hidup umat manusia adalah salah satu kemukjizatan yang menjaminnya. Tidak akan ada satu pun manusia yang bisa menirunya. Al-Qur’an akan terus begitu adanya, kalimatnya dan bunyinya. 

Dalam hal kandungan isinya, al-Qur’an mengajukan tantangan kepada orangorang kafir dan siapapun yang meragukan kebenarannya. Sejak dahulu, orang-orang kafir menuduh bahwa al-Qur’an hanyalah sejenis mantera-mantera tukang tenung dan kumpulan syair-syair. Mereka mengira bahwa al-Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad saw.  

Tantangan al-Qur’an yang dimaksudkan antara lain adalah :

a. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan semisalnya secara keseluruhan. Hal ini terkandung dalam firman Allah swt. QS at-Tur [52]: 33-34

Artinya: “Ataukah mereka berkata, ‛Dia (Muhammad) mereka-rekanya.‛ Tidak! Merekalah yang tidak beriman. Maka cobalah mereka membuat yang semisal dengannya (AlQur’an) jika mereka orang-orang yang benar. “

Ditegaskan pula bahwa manusia dan jin tidak akan pernah mampu untuk mendatangkan semisal al-Qur’an secara keseluruhan. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah swt. QS al- Isra’[17]: 88

Artinya: “Katakanlah, ‛Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.

 

b. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan 10 surah semisalnya. Hal ini terkandung dalam QS Hud [11] : 13

Bahkan mereka mengatakan, ‛Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Qur’an itu. Katakanlah, (Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

c. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan satu surah saja semisal al-Qur’an. Hal ini terkandung dalam QS alBaqarah [2] ayat 23

Artinya: “Dan jika kamu meragukan (al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Ketiga tantangan menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah mukjizat. Terbukti hingga sekarang, belum ada satu pun manusia dan bahkan jin yang mampu membuat kalimat seindah al-Qur’an. Apalagi mampu memiliki kandungan makna dan berita yang lebih hebat dari al-Qur’an. Hal ini membuktikan bahwa al-Qur’an memang bukan buatan manusia, al-Qur’an adalah wahyu Allah swt..

Di saat sekarang tentu kita mengetahui, bahwa sering ada berita viral tentang al-Qur’an yang salah cetak atau ada kekeliruan. Tentu saja kesalahan-kesalahan cetak ini sangat mudah diketahui karena banyaknya orang yang menghafalkan alQur’an. Informasi sejarah juga telah terbukti bahwa al-Qur’an terjaga kemurniannya. Al-Qur’an tidak dapat dipalsukan. Banyaknya para penghafal al-Qur’an adalah salah satu benteng penjaga kemurnian dan keotentikan al-Qur’an.

Para penghafal al-Qur’an tidak pernah putus generasi sejak pertama kali alQur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.. Cetakan-cetakan hingga kini terus dibuat, disimpan, diteliti dan diperbaharui sejak dahulu waktu wahyu disalin di atas batu, lembaran kulit binatang, pelepah kurma dan tulang-tulang.

Seluruh cetakan dan apa pun bentuk media yang menyimpan al-Qur’an saat ini, semuanya bersumber pada satu titik, yakni mushaf al-Qur’an yang selesai dikodifikasi pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Turun temurun terus dijaga secara mutawatir lintas zaman dalam berbagai media yang terus berkembang dan di hafalan-hafalan para penghafal al-Qur’an.


Tidak ada komentar