Header Ads

ads header

Breaking News

BAB V. Kebenaran Al Quran pada Semua Aspek Kehidupan | Al Quran X Sem. 2

 

BAB V

KEBENARAN AL-QUR’AN PADA SEMUA ASPEK KEHIDUPAN


A.    MEMAHAMI KEBENARAN AJARAN AL-QUR’AN MEMUAT SEMUA ASPEK KEHIDUPAN

Isi kandungan al-Qur’an digali dan dikembangkan ke dalam berbagai bidang disiplin keilmuan. Isi kandungan al-Qur’an secara garis besar meliputi :

1.      Akidah

Secara etimologi akidah artinya kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah ( ‘aqidah ) adalah ‘ aqa’id . Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (mukmin). 

Sedangkan secara terminologi akidah diartikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan.  

Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seseorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak cukup hanya mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal saleh) dalam kehidupannya sehari-hari.

Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah swt.. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah dinamakan musyrik. 

Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Adalah tidak benar bila ada seseorang mengaku berakidah/beriman, tetapi hanya beriman kepada Allah saja atau ia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja. Melainkan seorang mukmin wajib meyakini keenam rukun iman, yakni iman kepada Allah swt., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitabkitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qada’ dan qadar.

Penjelasan al-Qur’an tentang pokok-pokok ajaran akidah yang wajib diyakini oleh umat Islam di antaranya adalah sebagai berikut :

a.       QS. Al-Ikhlas Ayat : 1-4

 

قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ

 

Terjemahnya: 1. Katakanlah (Muhammad), ‛Dialah Allah, Yang Maha Esa. 2. Allah tempat meminta segala sesuatu. 3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. 4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.

b.      QS al-Baqarah [2]: 163

 

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ

 

Terjemahnya:  Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

c.       QS al-Baqarah [2]: 285

 

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

 

Terjemahnya:  ‚Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ‛Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.‛ Dan mereka berkata, ‛Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.

2.      Ibadah dan Muamalah

Secara bahasa, ibadah berasal dari kata ABADAA - YA’BUDU – ABADA / IBADATAN artinya mengabdi atau menyembah. Sedangkan secara terminologi, ibadah berarti menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah swt. dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan karena keyakinan terhadap keesaan dan keagungan Allah swt., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. 

Al-Qur’an menegaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia hanyalah untuk beribadah kepada Allah swt. sebagaimana tersurat dalam firman Allah swt. QS az- Zariyat [51] : 56

Terjemahnya:  Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.

 

Manusia beribadah hanya kepada Allah swt. karena meyakini bahwa seluruh alam adalah ciptaan Allah swt.. Karenanya, manusia sepenuhnya sadar bahwa seluruh alam membutuhkan Allah swt.. Kesadaran pada kebutuhannya pada Sang Pencipta inilah yang kemudian mewujud dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah swt.. Terutama sekali karena memang Allah memerintahkan kepada seluruh manusia untuk beribadah hanya kepada-Nya. Karena manusia hanya menyembah dan meminta pertolongan kepaada Allah swt., bukan selainnya sebagaimana firman Allah swt. dalam QS al-Fatihah [1]: 5

Terjemahnya:  Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.

3.      Macam-macam Sifat Ibadah

Dari sisi tata caranya, ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a.       Ibadah mahdah , yaitu ibadah yang tata cara dan tekniknya telah ditentukan secara jelas dalam syariat seperti salat, puasa, zakat dan haji.

b.      Ibadah gairu mahdah , artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus. Ibadah gairu mahd}ah ada yang memang bentuknya adalah ibadah seperti membaca al-Qur’an atau bersedekah. Selain itu ibadah gairu mahd}ah juga bisa berupa kegiatan umum tetapi menjadi bernilai ibadah karena diniatkan untuk mencari rida Allah swt., seperti bekerja mencari rezeki nafkah yang halal diniatkan sebagai ibadah.

Untuk mengatur dinamika kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, alQur’an mengajarkan tata cara berinteraksi dengan sesama manusia yang biasa disebut sebagai hablu minan - nas (Hablu Minan Nas). Sedangkan hubungan atau interaksi manusia sebagai individu dengan Tuhannya biasa disebut sebagai hablun minallah (Hablu Minallahَ). Di mana dua jenis interaksi ini juga diatur oleh al-Qur’an. Bagaimana caranya manusia bersilaturrahim, berjual beli, hutang piutang dan lain-lainnya diatur oleh hukum Islam yang sumber utamanya adalah al-Qur’an. 

Kegiatan dalam hubungan antar manusia juga biasa disebut dengan muamalah. Kita dapat menemukan banya sekali tuntunan al-Qur’an tentang tata cara bermuamalah, antara lain dalam QS al-Baqarah [2]: 282

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوْهُۗ وَلْيَكْتُبْ بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌۢ بِالْعَدْلِۖ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ اَنْ يَّكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللّٰهُ فَلْيَكْتُبْۚ وَلْيُمْلِلِ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللّٰهَ رَبَّهٗ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْـًٔاۗ فَاِنْ كَانَ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيْهًا اَوْ ضَعِيْفًا اَوْ لَا يَسْتَطِيْعُ اَنْ يُّمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهٗ بِالْعَدْلِۗ وَاسْتَشْهِدُوْا شَهِيْدَيْنِ مِنْ رِّجَالِكُمْۚ فَاِنْ لَّمْ يَكُوْنَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَّامْرَاَتٰنِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَۤاءِ اَنْ تَضِلَّ اِحْدٰىهُمَا فَتُذَكِّرَ اِحْدٰىهُمَا الْاُخْرٰىۗ وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَۤاءُ اِذَا مَا دُعُوْا ۗ وَلَا تَسْـَٔمُوْٓا اَنْ تَكْتُبُوْهُ صَغِيْرًا اَوْ كَبِيْرًا اِلٰٓى اَجَلِهٖۗ ذٰلِكُمْ اَقْسَطُ عِنْدَ اللّٰهِ وَاَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَاَدْنٰىٓ اَلَّا تَرْتَابُوْٓا اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيْرُوْنَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَلَّا تَكْتُبُوْهَاۗ وَاَشْهِدُوْٓا اِذَا تَبَايَعْتُمْ ۖ وَلَا يُضَاۤرَّ كَاتِبٌ وَّلَا شَهِيْدٌ ەۗ وَاِنْ تَفْعَلُوْا فَاِنَّهٗ فُسُوْقٌۢ بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُ ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

 

Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

4.      Akhlak

Secara etimologi, akhlak (Akhlak) berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Kata akhlak adalah bentuk jama’ dari kata (Kholako). Secara terminologi, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.

Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak biasa diartikan sebagai etika atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam. Rasulullah saw. bahkan menegaskan bahwa tujuan diutusnya beliau adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata; Rasulullah saw. bersabda: "Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.‛ (HR.  Ahmad)

Al-Qur’an adalah sumber pokok ajaran Isam tentang akhlak mulia, di mana Nabi Muhammad saw. adalah model dan suri tauladan pelaksanaanya. Nabi Muhammad saw. adalah manusia yang mencerminkan ajaran al-Qur’an sebagai perilakunya. Sehingga ketika Aisyah r.a. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak rasul, maka Aisyah r.a. menjawab dengan menyatakan akhlaknya adalah al-Qur’an).

Adapun di antara ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad saw. antara lain adalah :

a.      QS al-Qalam [68]: 4

 

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

 

Terjemahnya: Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur

b.      QS al-Ahzab [33]: 21

 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

 

Terjemahnya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

5.      Hukum

Dalam masalah hukum, al-Qur’an memuat kaidah-kaidah dan ketentuan dasar bagi umat manusia. Salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an ini bertujuan untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat. Kandungan kandungan hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an ada yang bersifat global (garis besar/ muj mal ) dan ada yang bersifat rincian ( tafsil).

Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an antara lain adalah:

a.       Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS al-Baqarah: 221; QS alMaidah: 5; QS an-Nisa’: 22-24; QS an-Nur: 2; QS al-Mumtah}anah: 10-11.

b.      Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS an-Nisa’: 7-12 dan 176, QS alBaqarah:180; QS al-Maidah:106.

c.       Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS al-Baqarah: 279, 280 dan 282; QS al-Anfal: 56 dan 58; QS at-Taubah: 4.

d.      Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS al-Baqarah: 178; QS an-Nisa’: 92 dan 93; QS al-Maidah: 38; QS Yunus: 27; QS al-Isra’: 33; QS asy-Syu’ara: 40.

e.       Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS al-Baqarah: 190-193; QS alAnfa l: 39 dan 41; QS at-Taubah: 5,29 dan 123, QS al-Hajj: 39 dan 40.

f.       Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS al-Hujurat: 13 g. Dan lain-lain

6.      Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu

Seperti telah kita ketahui pada pembahasan sebelumnya, al-Qur’an banyak menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisahkisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Dengan berkaca dari kisah-kisah terdahulu, umat Islam bisa menjalani kehidupan agar sesuai dengan petunjuk yang diberikan al-Qur’an. Hal ini ditegaskan Allah swt. dalam firman-Nya QS Yusuf [12]: 111

لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْن

Terjemahnhya:  Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. َ

Dengan banyaknya kisah-kisah umat terdahulu di dalam al-Qur’an diharapkan umat Islam bisa mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah swt. dan menghindari perbuatan maksiat kepada-Nya sebagaimana dilakukan oleh sebagaian umat terdahulu.

Ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat terdahulu antara lain terdapat dalam QS al-Furqan [25]: 37-39

Terjemahnya : Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih. Dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samud dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.

7.      Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) Dan Teknologi

Al-Qur’an menekankan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hal yang sangat penting dalam meningkatkan peradaban manusia. Sebagai kalamullah, al-Qur’an banyak mengandung ayat-ayat yang memuat pengetahuan dan teknologi. Karenanya al-Qur’an adalah kitab suci yang ilmiah. Pengetahuan dan teknologi yang tersirat dalam kandungan al-Qur’an dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. 

Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu QS al-‘Alaq [96]: 1-5

Terjemahnya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk membaca. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.

Ayat lain yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam QS al-Mujadilah [58]: 11

Terjemahnya:  Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‚Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,‛ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‚Berdirilah kamu,‛ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

B.     PERILAKU ORANG YANG MENJADIKAN AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

Sebagai wahyu terakhir yang diturunkan kepada Nabi terakhir, al-Qur’an mengandung semua kunci untuk membuka pengetahuan Allah yang tidak terbatas. Hal ini tersurat dalam firman Allah swt. QS al-Kahfi [18]:109

 

قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا

Terjemahnya:  Katakanlah (Muhammad), ‚Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).

Dan tentu saja al-Qur`an adalah petunjuk Allah untuk menyingkap semua misteri ilmu pengetahuan yang belum terpecahkan. (QS Al-Baqarah [2]: 2). Maka tinggal kita sebagai umat Islam yang hidup di masa kini dan yang akan datang, sanggupkah untuk mengungkap pengetahuan lebih banyak lagi dari kandungankandungan yang tersurat di dalam al-Qur’an.

Umat Islam mestinya terus mempelajari al-Qur’an dan kandungan-kandungan yang terdapat di dalamnya sesuai dengan kapasitas dan bidang keilmuannya masingmasing. Dengan mempelajari al-Quran, setidaknya seseorang akan terlepas dari kebodohan dan kesesatan dalam mengarungi kehidupan ini.

Orang-orang yang selalu berpedoman pada ajaran yang disampaikan oleh alQur’an maka hatinya menjadi lembut serta senantiasa berlapang dada. Jiwa mereka seluas samudera dalam menerima petunjuk-petunjuk dan titah-titah ketuhanan. Mereka tumbuh dan menjelma menjadi pribadi terbaik dalam potensinya. Rasulullah saw. bersabda : ‚Sebaik-baik manusia adalah siapa yang belajar al-Quran dan mengajarkannya kepada orang lain‛. (H.R. Bukhari dari Usman ibn `Affan r.a).

Membaca, menelaah, menganalisa, memahami, mendalami, menyelami, mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan keseharian, akan menumbuhkan hikmah dan kebijaksanaan dalam kehidupan. Proses mengamalkan dan menjadikannya alQur’an sebagai akhlak dalam kehidupan sehari-hari seringkali disebut sebagai upaya untuk membumikan al-Quran.

Tidak ada komentar