BAB V. Kebenaran Al Quran pada Semua Aspek Kehidupan | Al Quran X Sem. 2
BAB V
KEBENARAN AL-QUR’AN PADA SEMUA ASPEK
KEHIDUPAN
A.
MEMAHAMI KEBENARAN AJARAN AL-QUR’AN MEMUAT SEMUA ASPEK KEHIDUPAN
Isi
kandungan al-Qur’an digali dan dikembangkan ke dalam berbagai bidang disiplin
keilmuan. Isi kandungan al-Qur’an secara garis besar meliputi :
1.
Akidah
Secara etimologi akidah artinya kepercayaan atau keyakinan. Bentuk
jamak Akidah ( ‘aqidah ) adalah ‘ aqa’id . Akidah juga disebut
dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman
(mukmin).
Sedangkan secara terminologi akidah diartikan sebagai suatu
kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan
dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan.
Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seseorang yang menyatakan diri berakidah
Islam tidak cukup hanya mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya,
tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk
amal perbuatan (amal saleh) dalam kehidupannya sehari-hari.
Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan
bahwa Allah Maha Esa. Setiap muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah swt..
Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah berarti ia kafir, dan apabila
meyakini adanya Tuhan selain Allah dinamakan musyrik.
Dalam
akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah itu Esa, juga ada
kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Adalah tidak benar bila
ada seseorang mengaku berakidah/beriman, tetapi hanya beriman kepada Allah saja
atau ia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman
saja. Melainkan seorang mukmin wajib meyakini keenam rukun iman, yakni iman
kepada Allah swt., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitabkitab
Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada
qada’ dan qadar.
Penjelasan
al-Qur’an tentang pokok-pokok ajaran akidah yang wajib diyakini oleh umat Islam
di antaranya adalah sebagai berikut :
a.
QS.
Al-Ikhlas Ayat : 1-4
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
Terjemahnya: 1. Katakanlah (Muhammad), ‛Dialah Allah, Yang Maha Esa. 2. Allah
tempat meminta segala sesuatu. 3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. 4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.
b.
QS al-Baqarah [2]: 163
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ
لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
Terjemahnya: Dan Tuhan kamu adalah Tuhan
Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
c.
QS
al-Baqarah [2]: 285
اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ
اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ
وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ
رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ
الْمَصِيْرُ
Terjemahnya: ‚Rasul (Muhammad) beriman
kepada apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ‛Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.‛ Dan mereka berkata, ‛Kami
dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami)
kembali.
2.
Ibadah dan Muamalah
Secara bahasa, ibadah berasal dari kata ABADAA - YA’BUDU – ABADA
/ IBADATAN artinya mengabdi atau menyembah. Sedangkan secara terminologi,
ibadah berarti menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah swt. dengan
tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan
karena keyakinan terhadap keesaan dan keagungan Allah swt., sebagai
satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
Al-Qur’an menegaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia
hanyalah untuk beribadah kepada Allah swt. sebagaimana tersurat dalam firman Allah
swt. QS az- Zariyat [51] : 56
Terjemahnya: Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.
Manusia
beribadah hanya kepada Allah swt. karena meyakini bahwa seluruh alam adalah
ciptaan Allah swt.. Karenanya, manusia sepenuhnya sadar bahwa seluruh alam
membutuhkan Allah swt.. Kesadaran pada kebutuhannya pada Sang Pencipta inilah
yang kemudian mewujud dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah swt.. Terutama
sekali karena memang Allah memerintahkan kepada seluruh manusia untuk beribadah
hanya kepada-Nya. Karena manusia hanya menyembah dan meminta pertolongan
kepaada Allah swt., bukan selainnya sebagaimana firman Allah swt. dalam QS
al-Fatihah [1]: 5
Terjemahnya: Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
3.
Macam-macam Sifat Ibadah
Dari
sisi tata caranya, ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a.
Ibadah
mahdah , yaitu ibadah yang tata cara dan tekniknya telah ditentukan secara
jelas dalam syariat seperti salat, puasa, zakat dan haji.
b.
Ibadah
gairu mahdah , artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan
secara khusus. Ibadah gairu mahd}ah ada yang memang bentuknya adalah ibadah
seperti membaca al-Qur’an atau bersedekah. Selain itu ibadah gairu mahd}ah juga
bisa berupa kegiatan umum tetapi menjadi bernilai ibadah karena diniatkan untuk
mencari rida Allah swt., seperti bekerja mencari rezeki nafkah yang halal
diniatkan sebagai ibadah.
Untuk mengatur dinamika kehidupan manusia sebagai makhluk sosial,
alQur’an mengajarkan tata cara berinteraksi dengan sesama manusia yang biasa disebut
sebagai hablu minan - nas (Hablu Minan Nas). Sedangkan hubungan
atau interaksi manusia sebagai individu dengan Tuhannya biasa disebut sebagai
hablun minallah (Hablu Minallahَ). Di mana dua jenis interaksi ini juga
diatur oleh al-Qur’an. Bagaimana caranya manusia bersilaturrahim, berjual beli,
hutang piutang dan lain-lainnya diatur oleh hukum Islam yang sumber utamanya
adalah al-Qur’an.
Kegiatan dalam
hubungan antar manusia juga biasa disebut dengan muamalah. Kita dapat menemukan
banya sekali tuntunan al-Qur’an tentang tata cara bermuamalah, antara lain
dalam QS al-Baqarah [2]: 282
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا
تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوْهُۗ وَلْيَكْتُبْ
بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌۢ بِالْعَدْلِۖ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ اَنْ يَّكْتُبَ كَمَا
عَلَّمَهُ اللّٰهُ فَلْيَكْتُبْۚ وَلْيُمْلِلِ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ
وَلْيَتَّقِ اللّٰهَ رَبَّهٗ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْـًٔاۗ فَاِنْ كَانَ
الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيْهًا اَوْ ضَعِيْفًا اَوْ لَا يَسْتَطِيْعُ اَنْ
يُّمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهٗ بِالْعَدْلِۗ وَاسْتَشْهِدُوْا شَهِيْدَيْنِ
مِنْ رِّجَالِكُمْۚ فَاِنْ لَّمْ يَكُوْنَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَّامْرَاَتٰنِ
مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَۤاءِ اَنْ تَضِلَّ اِحْدٰىهُمَا فَتُذَكِّرَ
اِحْدٰىهُمَا الْاُخْرٰىۗ وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَۤاءُ اِذَا مَا دُعُوْا ۗ وَلَا تَسْـَٔمُوْٓا
اَنْ تَكْتُبُوْهُ صَغِيْرًا اَوْ كَبِيْرًا اِلٰٓى اَجَلِهٖۗ ذٰلِكُمْ اَقْسَطُ
عِنْدَ اللّٰهِ وَاَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَاَدْنٰىٓ اَلَّا تَرْتَابُوْٓا اِلَّآ
اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيْرُوْنَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ
عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَلَّا تَكْتُبُوْهَاۗ وَاَشْهِدُوْٓا اِذَا تَبَايَعْتُمْ ۖ
وَلَا يُضَاۤرَّ كَاتِبٌ وَّلَا شَهِيْدٌ ەۗ وَاِنْ تَفْعَلُوْا فَاِنَّهٗ
فُسُوْقٌۢ بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُ ۗ وَاللّٰهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak
untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka
hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan,
dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi
sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau
lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah
walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka
(boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang
kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang
seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila
dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik
(utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah,
lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada
ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak
menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah
penulis dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian),
maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah,
Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
4.
Akhlak
Secara etimologi, akhlak (Akhlak) berarti perangai,
tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Kata akhlak adalah bentuk jama’ dari
kata (Kholako). Secara terminologi, akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup
sehari-hari.
Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak biasa diartikan sebagai etika
atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam.
Rasulullah saw. bahkan menegaskan bahwa tujuan diutusnya beliau adalah untuk
memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata; Rasulullah saw. bersabda:
"Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.‛ (HR. Ahmad)
Al-Qur’an
adalah sumber pokok ajaran Isam tentang akhlak mulia, di mana Nabi Muhammad
saw. adalah model dan suri tauladan pelaksanaanya. Nabi Muhammad saw. adalah
manusia yang mencerminkan ajaran al-Qur’an sebagai perilakunya. Sehingga ketika
Aisyah r.a. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak rasul, maka Aisyah r.a.
menjawab dengan menyatakan akhlaknya adalah al-Qur’an).
Adapun di
antara ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad
saw. antara lain adalah :
a.
QS al-Qalam [68]: 4
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Terjemahnya: Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur
b.
QS al-Ahzab [33]: 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ
اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ
وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Terjemahnya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
5.
Hukum
Dalam masalah hukum, al-Qur’an memuat kaidah-kaidah dan ketentuan
dasar bagi umat manusia. Salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an ini bertujuan
untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil,
aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di
akhirat. Kandungan kandungan hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an ada yang
bersifat global (garis besar/ muj mal ) dan ada yang bersifat rincian ( tafsil).
Ketentuan-ketentuan
hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an antara lain adalah:
a.
Hukum
perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS al-Baqarah: 221; QS alMaidah: 5; QS
an-Nisa’: 22-24; QS an-Nur: 2; QS al-Mumtah}anah: 10-11.
b.
Hukum
waris, antara lain dijelaskan dalam QS an-Nisa’: 7-12 dan 176, QS
alBaqarah:180; QS al-Maidah:106.
c.
Hukum
perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS al-Baqarah: 279, 280 dan 282; QS
al-Anfal: 56 dan 58; QS at-Taubah: 4.
d.
Hukum
pidana, antara lain dijelaskan dalam QS al-Baqarah: 178; QS an-Nisa’: 92 dan
93; QS al-Maidah: 38; QS Yunus: 27; QS al-Isra’: 33; QS asy-Syu’ara: 40.
e.
Hukum
perang, antara lain dijelaskan dalam QS al-Baqarah: 190-193; QS alAnfa l: 39
dan 41; QS at-Taubah: 5,29 dan 123, QS al-Hajj: 39 dan 40.
f.
Hukum
antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS al-Hujurat: 13 g. Dan lain-lain
6.
Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu
Seperti telah kita ketahui pada pembahasan sebelumnya, al-Qur’an
banyak menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau
kisahkisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi
dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Dengan berkaca
dari kisah-kisah terdahulu, umat Islam bisa menjalani kehidupan agar sesuai
dengan petunjuk yang diberikan al-Qur’an. Hal ini ditegaskan Allah swt. dalam
firman-Nya QS Yusuf [12]: 111
لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ
عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ
تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً
لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْن
ࣖ
Terjemahnhya: Sungguh, pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.
(al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai)
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
َ
Dengan
banyaknya kisah-kisah umat terdahulu di dalam al-Qur’an diharapkan umat Islam
bisa mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah swt. dan menghindari perbuatan
maksiat kepada-Nya sebagaimana dilakukan oleh sebagaian umat terdahulu.
Ayat-ayat
al-Qur’an yang menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat terdahulu antara lain
terdapat dalam QS al-Furqan [25]: 37-39
Terjemahnya : Dan
(telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami
tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi
manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih. Dan
(telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samud dan penduduk Rass serta banyak (lagi)
generasi di antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan
perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.
7.
Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) Dan Teknologi
Al-Qur’an menekankan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah hal yang sangat penting dalam meningkatkan peradaban manusia.
Sebagai kalamullah, al-Qur’an banyak mengandung ayat-ayat yang memuat
pengetahuan dan teknologi. Karenanya al-Qur’an adalah kitab suci yang ilmiah.
Pengetahuan dan teknologi yang tersirat dalam kandungan al-Qur’an dapat
dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia.
Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu QS al-‘Alaq [96]: 1-5
Terjemahnya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk
menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut
diawali dengan perintah untuk membaca. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an
menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu
pengetahuan.
Ayat
lain yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan
dalam QS al-Mujadilah [58]: 11
Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila
dikatakan kepadamu, ‚Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,‛ maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan, ‚Berdirilah kamu,‛ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENJADIKAN AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
Sebagai wahyu terakhir yang diturunkan kepada Nabi terakhir,
al-Qur’an mengandung semua kunci untuk membuka pengetahuan Allah yang tidak
terbatas. Hal ini tersurat dalam firman Allah swt. QS al-Kahfi [18]:109
قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا
لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ
وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا
Terjemahnya: Katakanlah (Muhammad), ‚Seandainya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah
lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula).
Dan tentu saja
al-Qur`an adalah petunjuk Allah untuk menyingkap semua misteri ilmu pengetahuan
yang belum terpecahkan. (QS Al-Baqarah [2]: 2). Maka tinggal kita sebagai umat
Islam yang hidup di masa kini dan yang akan datang, sanggupkah untuk mengungkap
pengetahuan lebih banyak lagi dari kandungankandungan yang tersurat di dalam
al-Qur’an.
Umat Islam
mestinya terus mempelajari al-Qur’an dan kandungan-kandungan yang terdapat di
dalamnya sesuai dengan kapasitas dan bidang keilmuannya masingmasing. Dengan
mempelajari al-Quran, setidaknya seseorang akan terlepas dari kebodohan dan
kesesatan dalam mengarungi kehidupan ini.
Orang-orang
yang selalu berpedoman pada ajaran yang disampaikan oleh alQur’an maka hatinya
menjadi lembut serta senantiasa berlapang dada. Jiwa mereka seluas samudera
dalam menerima petunjuk-petunjuk dan titah-titah ketuhanan. Mereka tumbuh dan
menjelma menjadi pribadi terbaik dalam potensinya. Rasulullah saw. bersabda :
‚Sebaik-baik manusia adalah siapa yang belajar al-Quran dan mengajarkannya
kepada orang lain‛. (H.R. Bukhari dari Usman ibn `Affan r.a).
Membaca, menelaah,
menganalisa, memahami, mendalami, menyelami, mengamalkan al-Qur’an dalam
kehidupan keseharian, akan menumbuhkan hikmah dan kebijaksanaan dalam
kehidupan. Proses mengamalkan dan menjadikannya alQur’an sebagai akhlak dalam
kehidupan sehari-hari seringkali disebut sebagai upaya untuk membumikan
al-Quran.
Tidak ada komentar