BAB V Adab Berilmu Pengetahuan
Q.S. Āli
Imrān (3): 190-191 tentang ciri-ciri orang yang berilmu
QS.
al-Mujādalah [58]: 11 Etika Dalam Majlis Ilmu
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ
فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka (ali Imran 190-191).
Tujuan dari ayat ini adalah sebagai pembuktian tauhid, keesaan, dan
kekuasaan Allah Swt. Di mana, hukum-hukum alam yang melahirkan
kebiasaan-kebiasaan, pada hakikatnya telah ditetapkan dan diatur oleh Allah
Swt. Hal ini dipahami dengan adanya undangan kepada manusia untuk berpikir,
karena sesungguhnya dalam penciptaan aneka benda angkasa seperti matahari,
bulan, dan jutaan gugusan bintang–bintang yang terdapat di langit, atau dalam pengaturan
sistem kerja langit yang sangat teliti, terdapat tanda-tanda kemahakuasaan
Allah Swt. bagi orang-orang yang memiliki akal murni. Al-Qur’an memperkenalkan
satu kategori lagi dalam dunia keilmuan yang terkait dengan kegiatan berfikir,
yaitu Ulūl Albāb.
Ulūl Albāb
adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni
sehingga tidak akan mengalami kerancuan dalam berfikir. Orang yang merenungkan
tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata
tentang keesaan dan kekuasaan Allah Swt.
Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya bahwa kegiatan yang paling
tinggi kualitasnya dari seorang manusia adalah berfikir. Sebab dengan berfikir,
akan menunjukkan fungsi akal (‘aqliyah) manusia. Dengan aktifitas berfikir, manusia akan melahirkan beragam
temuan yang merupakan bagian dari mengungkap rahasia keagungan ilmu Allah Swt,
melalui fenomena alam.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ
تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ
انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ
اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Wahai orang-orang yang
beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam
majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang
kamu kerjakan. (al-mujadalah 11)
Ayat ini diturunkan pada hari Jum’at ketika Rasulullah berada di satu tempat
yang sempit, dan menjadi kebiasaan bagi beliau memberikan tempat khusus buat
para sahabat yang terlibat dalam perang Badar, karena besarnya jasa mereka. Ketika
majelis tengah berlangsung, datanglah beberapa orang sahabat yang mengikuti
perang Badar. Kemudian datang pula sahabat yang lainnya. Mereka yang baru dating
memberi salam, dan Rasul serta sahabat menjawab salam tersebut. Tetapi mereka
yang datang lebih dahulu (yang sudah duduk), tidak bergeser sedikitpun dari
tempat duduknya, sehingga mereka yang baru dating berdiri terus. Maka Nabi
memerintahkan kepada para sahabat lain yang tidak terlibat dalam perang Badar
untuk mengambil tempat lain agar para sahabat yang berjasa itu duduk dekat Nabi.
Perintah Nabi itu mengecilkan hati mereka yang disuruh berdiri, dan ini yang
digunakan oleh kaum munafik untuk memecah belah dengan berkata: ”Katanya Muhammad berlaku adil, tetapi ternyata tidak.” Nabi Muhammad Saw. yang mendengar kritik itu bersabda: ”Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya”. Kaum beriman segera menyambut tuntunan Nabi dan ayat di ataspun
turun mengukuhkan perintah dan sabda Nabi itu.
Tidak ada komentar